Sukses adalah hak milik siapa saja, barangkali kisah yang dialami
Lee Myung Bak, orang yang akhirnya pada 25 Pebruari 2008 dilantik sebagai Presiden Korea Selatan ini mampu menjadi contoh nyata.
Lee Myung-bak ternyata punya masa lalu yang sangat penuh derita. Namun, dengan keyakinan dan perjuangannya, ia membuktikan, bahwa siapa pun memang berhak untuk sukses. Dan bahkan, menjadi orang nomor satu di sebuah negara maju layaknya Korea Selatan.
Terlahir di Osaka, Jepang, pada 1941, saat orangtuanya menjadi buruh tani di Jepang, ia kemudian besar di sebuah kota kecil, Pohang, Korea. Kemudian, saat remaja, Lee menjadi pengasong makanan murahan dan es krim untuk membantu keluarga. “Tak terpikir bisa bawa makan siang untuk di sekolah,”sebut Lee dalam otobiografinya yang berjudul “There is No Myth,” yang diterbitkan kali pertama pada 1995.
Lee Myung-bak ternyata punya masa lalu yang sangat penuh derita. Namun, dengan keyakinan dan perjuangannya, ia membuktikan, bahwa siapa pun memang berhak untuk sukses. Dan bahkan, menjadi orang nomor satu di sebuah negara maju layaknya Korea Selatan.
Terlahir di Osaka, Jepang, pada 1941, saat orangtuanya menjadi buruh tani di Jepang, ia kemudian besar di sebuah kota kecil, Pohang, Korea. Kemudian, saat remaja, Lee menjadi pengasong makanan murahan dan es krim untuk membantu keluarga. “Tak terpikir bisa bawa makan siang untuk di sekolah,”sebut Lee dalam otobiografinya yang berjudul “There is No Myth,” yang diterbitkan kali pertama pada 1995.
Fakta yang dialami oleh Lee pada masa kecilnya, jika sarapan, ia hanya makan ampas gandum. Makan siangnya, karena tak
punya uang, ia mengganjal perutnya dengan minum air. Saat makan malam,
ia kembali harus memakan ampas gandum. Dan, untuk ampas itu pun, ia tak
membelinya. Keluarganya mendapatkan ampas itu dari hasil penyulingan
minuman keras. Ibaratnya, masa kecil Lee ia harus memakan sampah.
Namun, meski sangat miskin, Lee punya tekad kuat untuk menempuh
pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Karena itu, ia belajar keras demi memperoleh beasiswa
agar bisa meneruskan sekolah SMA. Kemudian, pada akhir 1959,
keluarganya pindah ke Seoul untuk mencari penghidupan lebih
baik. Namun, nasib orangtuanya tetap terpuruk, menjadi penjual sayur di
jalanan. Saat itu, Lee mulai bekerja menjadi
buruh bangunan.
Karena prestasinya bagus, dia diterima di Korea University. Untuk biaya kuliah, dia bekerja sebagai tukang sapu jalan. Saat kuliah inilah, Ia mulai berkenalan dengan politik. Lee terpilih menjadi anggota dewan mahasiswa, dan telibat dalam aksi demo antipemerintah. Karena ulahnya ini ia kena hukuman penjara percobaan pada 1964.
Vonis hukuman ini nyaris membuatnya tak bisa diterima sebagai pegawai
Hyundai Group. Pihak Hyundai kuatir, pemerintah akan marah jika
Lee diterima di perusahaan itu. Namun, karena tekadnya, Lee kemudian membuat surat ke kantor kepresidenan. Isi surat itu menyentuh hati sekretaris
presiden, sehingga ia memerintahkan Hyundai untuk menerima Lee sebagai
pegawai.
Di perusahaan inilah, ia mampu menunjukkan bakatnya. Ia bahkan dianggap selalu bisa membereskan semua masalah, sesulit apapun. Salah satunya karyanya yang fenomenal adalah mempreteli habis sebuah buldozer, untuk mempelajari cara kerja mesin itu. Di kemudian hari, Hyundai memang berhasil memproduksi buldozer.
Kemampuan Lee mengundang kagum pendiri Hyundai, Chung Ju-yung. Berkat rekomendasi pimpinannya itu, prestasi Lee terus melesat. Ia langsung bisa menduduki posisi tertinggi di divisi konstruksi, meski baru bekerja selama 10 tahun.
Setelah 30 tahun di Hyundai, Lee mulai menjadi anggota dewan pada tahun 1992. Kemudian, pada tahun 2002, ia terpilih menjadi Wali Kota Seoul. Dan, tahun 2007, Lee yang masa kecilnya sangat miskin itu, telah jadi orang nomor satu di Korea Selatan. Sebuah pembuktian, bahwa dengan perjuangan dan keyakinan, setiap orang memang berhak untuk sukses.
Di perusahaan inilah, ia mampu menunjukkan bakatnya. Ia bahkan dianggap selalu bisa membereskan semua masalah, sesulit apapun. Salah satunya karyanya yang fenomenal adalah mempreteli habis sebuah buldozer, untuk mempelajari cara kerja mesin itu. Di kemudian hari, Hyundai memang berhasil memproduksi buldozer.
Kemampuan Lee mengundang kagum pendiri Hyundai, Chung Ju-yung. Berkat rekomendasi pimpinannya itu, prestasi Lee terus melesat. Ia langsung bisa menduduki posisi tertinggi di divisi konstruksi, meski baru bekerja selama 10 tahun.
Setelah 30 tahun di Hyundai, Lee mulai menjadi anggota dewan pada tahun 1992. Kemudian, pada tahun 2002, ia terpilih menjadi Wali Kota Seoul. Dan, tahun 2007, Lee yang masa kecilnya sangat miskin itu, telah jadi orang nomor satu di Korea Selatan. Sebuah pembuktian, bahwa dengan perjuangan dan keyakinan, setiap orang memang berhak untuk sukses.